=================================
Matan:
وَ نَهَانَا أَنْ نَكُوْنَ كَالّذِيْنَ تَفَرَّقُوا و اخْتَلَفُوْا قَبْلَنَا فَهَلَكُوا(*) ، وَ ذَكَرَ أَنَّهُ أَمَرَ المُسْلِمِيْنَ بِالإِجْتِمَاعِ فِيْ الدِّيْنِ (**). وَ يَزِيْدُهُ وُضُوْحًا مَا وَرَدَتْ بِهِ السُنَّةُ مِنَ الْعَجَبِ الْعُجَابِ فِيْ ذَلِكَ (***) ثُمَّ صَارَ الأَمْرُ إِلَى أَنَّ الْإِفْتِرَاقَ فِيْ أُصُوْلِ الدِّيْنِ وَ فُرُوْعِهِ هُوَ الْعِلْمُ وَ الْفِقْهُ فِيْ الدِّيْنِ (****)ا
=================================
Syarah:
(*) لمّا بقوا على اختلافهم، هلكوا و تناحروا فيما بينهم و تقاتلوا، هذا شأن أهل الاختلاف، أما شأن أهل الإجتماع فهو قوة و زوال الحقد من قلوبهم.
{ فَلَا وَرَبِّكَ لَا يُؤْمِنُونَ حَتَّىٰ يُحَكِّمُوكَ فِيمَا شَجَرَ بَيْنَهُمْ ثُمَّ لَا يَجِدُوا فِي أَنْفُسِهِمْ حَرَجًا مِمَّا قَضَيْتَ وَيُسَلِّمُوا تَسْلِيمًا} ( النساء : ٦٥)
و لا يرضى الناس و لا ينهى النزاع إلا الرجوع إلى كتاب الله و سنة رسوله صلى الله عليه و سلم.
(**) قا ل تعالى :
ا{شَرَعَ لَكُمْ مِنَ الدِّينِ مَا وَصَّىٰ بِهِ نُوحًا وَالَّذِي أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ وَمَا وَصَّيْنَا بِهِ إِبْرَاهِيمَ وَمُوسَىٰ وَعِيسَىٰ ۖ أَنْ أَقِيمُوا الدِّينَ وَلَا تَتَفَرَّقُوا فِيهِ ۚ } (الشورى: ١٣)
اى: لا يصير كل واحد له دين، لأنّ الدينَ واحد ليس فيه تفرق.
(***) نعم، ثبت عن رسول الله صلى الله عليه و سلم، من الأحاديث ما يحثُّ على الإجتماع و ينهى عن التفرق و الإختلاف.
مثل حديث: ( فإنه من يعش منكم فسيرى اختلافا كثيرا، فعليكم بسنتي و سنة الخلفاء الراشدين)
(****) صار الأمر مع الأسف عند المتأخرين : أنّ الإختلاف في الأصول و الفروع هو الفقه، مع أنّ الواجب العكس: أنّ الإجتماع هو الفقه في الدين.
هم يقولون: إنّ التفرق و إعطاء الحرية للناس و عدم الحجر عليهم هذا هو الفقه.
نحن نقول: الفقه هو الإجتماع على كتاب الله و سنة رسوله صلى الله عليه و سلم.
بعضهم يقول: هذا من سعة الإسلام أنّه إذا حرم علينا أحد شيئًا نجد من يفتى بحلّه، إتخذوا الناس هم المشرعين، فعلى رأي هؤلاء إذا قال فلان: هذا حلال صار حلالا لنا و لو كان حرامًا في كتاب الله أو سنة رسوله.
فنقول: نرجع إلى كتاب الله، فمن شهد له بالحق أخذنا به، و من شهد عليه بالخطأ تركناه، هذا هو الواجب.
******************************************
Matan
dan Dia (Allah) melarang kita menjadi semisal orang-orang yang berpecah belah dan berselisih yang sebelum kita, sehingga mereka binasa(*)
Dan Dia mengingatkan bahwa sesungguhnya dia itu memerintahkan kaum muslimin untuk bersatu di dalam agama (**).
Dan Dia menambahkan padanya keterangan pada keanehan dari yang teraneh dalam hal ini, yang sunnah datang dengan itu (***).
Kemudian perkara ini berubah bahwa sesungguhnya perselisihan dalam ushul (pokok-pokok) agama dan dalam cabang-cabangnya (dianggap) adalah ilmu dan fiqih di dalam agama(****).
******************************************
Syarah
(*)
Ketika mereka tetap diatas perselisihan mereka, mereka binasa/celaka dan mereka berbantah bantahan pada apa-apa yang ada diantara mereka, lalu mereka saling berperang, ini adalah sesuatu (yang terjadi) dari ahli ikhtilaf, adapun perkara/sesuatu (yang terjadi) dari ahli persatuan maka perkara itu adalah kekuatan dan lenyapnya dendam dalam hati-hati mereka.
{ فَلَا وَرَبِّكَ لَا يُؤْمِنُونَ حَتَّىٰ يُحَكِّمُوكَ فِيمَا شَجَرَ بَيْنَهُمْ ثُمَّ لَا يَجِدُوا فِي أَنْفُسِهِمْ حَرَجًا مِمَّا قَضَيْتَ وَيُسَلِّمُوا تَسْلِيمًا} ( النساء : ٦٥)
"maka tidaklah demi tuhanmu, tidaklah mereka beriman hingga mereka mengambil hukum/berhukum kepadamu pada apa-apa yang mereka perselisihkan diantara mereka, kemudian (hingga) tidak mereka dapati penolakan pada diri-diri mereka dari apa-apa yang telah engkau putuskan dan mereka benar-benar memasrahkan (menerima dengan keputusan nabi)" ( An-Nisa : 65)
Dan manusia tidaklah ridho dan tidak akan pertikaian berakhir kecuali (dengan) kembali kepada kitab Allah dan sunnah rasulnya sholallahu alaihi wa sallam.
(**)
Allah berfirman:
ا{شَرَعَ لَكُمْ مِنَ الدِّينِ مَا وَصَّىٰ بِهِ نُوحًا وَالَّذِي أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ وَمَا وَصَّيْنَا بِهِ إِبْرَاهِيمَ وَمُوسَىٰ وَعِيسَىٰ ۖ أَنْ أَقِيمُوا الدِّينَ وَلَا تَتَفَرَّقُوا فِيهِ ۚ } (الشورى: ١٣)
" Dia mensyariatkan untukmu dengan agama yang dia telah wasiatkan itu kepada nuh dan kepada orang yang telah kami kabarkan kepada engkau dan apa yang telah kami wasiatkan itu kepada ibrohim dan musa dan isa, yaitu dirikanlah (jalankanlah) agama ini dan janganlah kalian berpecah belah di dalamnya" (Asyuro: 13)
yaitu: tidaklah setiap satu (orang) itu (boleh) terjadi baginya satu agama (sehingga agama ada banyak), karena sesungguhnya agama itu hanya satu yang tidak berpecah belah (terjadi) di dalamnya.
(***)
benar (apa yang disebutkan syaikh Muhammad bin abdul wahab),
telah terbukti dari rasulullah sholallahubalaihi wa sallam dari hadist-hadist yang menganjurkan atas persatuan dan yang melarang perpecahan dan perselisihan.
contoh dari hadist :
( فإنه من يعش منكم فسيرى اختلافا كثيرا، فعليكم بسنتي و سنة الخلفاء الراشدين)
"Maka sesungguhnya orang yang hidup dari kalian maka dia akan melihat perselisihan yang banyak, maka atas kalian (berpegang) dengan sunnahku dan sunnah khulafai rosyidin"(H.R. Abu daud no.4607 dan tirmidzi no. 266)
(****)
Perkara tersebut dengan menyesal, bagi orang-orang zaman sekarang menjadi " bahwasanya perselisihan di dalam pokok-pokok (agama) dan cabangnya itu adalah fiqih", padahal sesungguhnya yang wajib adalah sebaliknya, (yaitu) " Persatuan itu adalah fiqih di dalam agama"
Mereka mengatakan : " sesungguhnya perselisihan dan kebebasan berpendapat bagi manusia dan ketiadaan teguran atas mereka ini adalah fiqih"
Kami mengatakan: "Fiqih itu adalah persatuan diatas kitab Allah dan sunnah rasulnya sholallahu alaihi wa salam".
sebagian mereka mengatakan:" ini adalah bagian dari keluasan islam, sesungguhnya apabila apabila seseorang mengharamkan atas kita sesuatu kita akan dapati orang yang berfatwa dengan kehalalan hal tersebut. Manusia telah menjadikan mereka pembuat syariat.
Maka atas pendapat mereka ini ketika Fulan berkata; " ini adalah halal" jadilah hal tersebut halal bagi kami walaupun hal itu haram di dalam kitab Allah dan sunnah rasulnya.
Maka kami katakan: Kita kembali kepada kitab Allah, maka barang siapa tersaksikan dia dengan kebenaran kita mengambil darinya, dan barang siapa tersaksikan dengan kesalahan, kita tinggalkan dia, inilah yang wajib.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar