Sabtu, 08 Desember 2018

شرح مختصر جدا. 1


بسم الله الرحمن الرحيم

{الكلام هو اللَّفْظُ المُرَكَّبُ المفيدُ بالوضْعِ}

يعني أن الكلام عند النحويين هو اللفظ إلى آخره, فاللفظ : هو الصوت المشتمل على بعض الحروف الهجائية كزيد, فإنه صوت اشتمل على الزاي والياء والدال, فإن لم يشتمل على بعض الحروف كصوت الطبل فلا يسمى لفظاً, فخرج باللفظ ما كان مفيدا ولم يكن لفظا، كالإشارة، والكتابة، والعقد، والنصب فلا تسمى كلاما عند النحاة .

والمركب ما تركب من كلمتين فأكثر, كقام زيد، وزيد قائم, والمثال الأول فعل وفاعل، وكل فاعل مرفوع، والمثال الثاني مبتدأ وخبر، وكل مبتدأ مرفوع بالابتداء، وكل خبر مرفوع بالمبتدأ، وخرج بالمركب المفرد كزيد، فلا يقال له كلام أيضا عند النحاة .

والمفيد ما أفاد فائدة يحسن السكوت عليها من المتكلم والسامع، كقام زيد، وزيد قائم, فإن كلا منهما أفاد فائدة يحسن السكوت عليها من المتكلم والسامع، وهي الإخبار بقيام زيد، فإن السامع إذا سمع ذلك لا ينتظر شيئاً آخر يتوقف عليه تمام الكلام ويحسن أيضا سكوت المتكلم .

وخرج بالمفيد المركب، غير المفيد نحو : غلامُ زيدٍ، من غير إسناد شيء إليه, وإنْ قام زيد, فإنَّ تمام الفائدة فيه يتوقف على ذكر جواب الشرط، فلا يسمى كلٌ من المثالين كلاما عند النحاة .

وقوله (بالوضع) فسره بعضهم بالقصد, فخرج غير المقصود ككلام النائم والساهي، فلا يسمى كلاماً عند النحاة, وبعضهم فسره بالوضع الع، فخرج كلام العجم، كالترك والبربر، فلا يسمى كلاما عند النحاة .

مثال ما اجتمع فيه القيود الأربعة : قام زيدٌ، وزيد قائم, فالمثال الأول فعل وفاعل، والثاني مبتدأ وخبر، وكل من المثالين لفظ مركب مفيد بالوضع، فهو كلام .

______________________________________
Dengan menyebut nama Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang
{kalam itu adalah lafadz yang murakab (tersusun) dan yang mufiid (berfaedah) dengan wadh'i (peletakan)}.
penulis memaksudkan sesungguhnya kalam menurut para ahli nahwu adalah "lafadz dan seterusnya..." maka lafadz adalah suara yang mengandung sebagian huruf huruf hijaiyah seperti zaidun, karena sesungguhnya dia (kalimat zaidun) adalah suara yang mengandung atas huruf Zai dan huruf Ya dan huruf Dal. Maka apabila tidak mengandung atas sebagian huruf hijaiyah seperti suara dari gendang maka tidaklah dinamakan lafadz, kemudian keluar dengan (kaidah dari) lafadz apa2 yang dia itu mufiid (berfaedah/dimengerti) namun dalam keadaan bukan lafadz seperti isyarat, tulisan, persetujuan, tanda peringat maka tidaklah dinamakan kalam (karena bukan merupakan lafadz) menurut ahli nahwu.

Dan murakab adalah apa yang tersusun dari dua kalimah (kata) atau lebih, seperti telah berdiri zaidun, dan zaidun berdiri, dan contoh yang pertama itu adalah susunan fi'il dan fail, dan setiap dari fail itu adalah marfu (keadaan rofa akan dibahas pada bab i'rob) sedangkan contoh kedua adalah mubtada dan khobar, dan setiap mubtada itu marfu oleh ibtida, dan setiap khobar itu marfu oleh mubtada. Dan yang mufrad (kalimat tunggal atau kata dalam istilah bahasa indonesia) keluar (dengan kaidah murakab) seperti zaidun maka zaidun tidak disebut sebagai kalam (karena bukan merupakan susunan) menurut ahli nahwu.

Dan mufiid adalah apa yang memberikan faedah (pengertian) yang diamnya mutakalim (orang yang berbicara) dan pendengar menjadi baik/tidak mengapa (karena mutakalim telah memberikan susunan lafadz yg langsung dimengerti oleh pendengar dan tidak timbul pertanyaan dari pendengar tentang berita yg disampaikan oleh mutakalim kepada pendengar). seperti qooma zaidun (telah berdiri zaid) dan zaidun qooimun (zaid berdiri), karena sesungguhnya kedua (contoh tersebut) memberikan sebuah pengertian yang diamnya pembicara dan pendengar menjadi baik/tidak mengapa, dan faedah dari kedua contoh tersebut adalah pemberitaan atas berdirinya zaid. karena sesungguhnya pendengar ketika dia mendengar (susunan lafadz) tersebut tidaklah dia menunggu sesuatu yang lain yang akan mencukupkan sempurnanya kalam atasnya (contoh tersebut) (karena faedah tersebut telah terjadi,sehingga tidak memerlukan sesuatu yang lain lagi) dan menjadi baik pula diamnya pembicara (setelah melafalkan susunan lafadz tersebut). Dan keluar dengan (kaidah) mufiid murakab yang tidak mufiid, seperti gulaamu zaidin (anaknya zaid), karena tanpa pengisnadan sesuatu (penghukuman/pemberitaan sesuatu) pada (contoh tersebut), dan (contoh murakab tidak mufiid) in qooma zaidun (jika zaid telah berdiri) karena sesungguhnya sempurnanya faedah ( dari contoh tersebut) tercukupi atas penyebutan jawaban dari kalimat syarat tersebut. Maka tidaklah dinamakan kalam semua dari dua contoh (tersebut diatas yg tidak mufiid) menurut ahli nahwu.

Dan perkataannya (penulis ibnu ajjurum) dengan wadh'i (peletakan) sebagian mereka (ahli nahwu) menafsirkan dengan maksud (atau disengaja). Maka kaidah tersebut mengeluarkan (kalam-kalam) yang tidak disengaja seperti kalamnya orang yang tidur dan orang yang lalai/lupa/mabuk. Maka kalam-kalam tersebut tidak disebut kalam menurut ahli nahwu. Dan sebagian dari mereka (ahli nahwu) menafsirkan bil wadh'i dengan bil wadh'i arobiy ( dengan peletakan orang-orang arab). maka ini mengeluarkan kalamnya orang azam (kalam orang selain arab) seperti (kalamnya) turki dan bar-bar, Maka tidak dinamakan kalam menurut ahli nahwu.

Contoh apa yang mengumpulkan didalamnya kaidah-kaidah yang empat (diatas lafadz, murakab, mufiid , bil wadh'i): qooma zaidun (telah berdiri zaid), zaidun qooimun (zaid berdiri). Maka contoh yang pertama adalah fi'il dan fail dan contoh kedua adalah mubtada dan khobar, dan setiap dari dua contoh tersebut adalah lafadz, murokab, mufiid bil wadh'i, maka dia adalah Kalam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar