=================================
Matan
كَوْنُ أَكْثَرِ الْقُرْآنِ فِي بَيَانِ هَذَا الْأَصْلِ مِنْ وُجُوْهٍ شَتَّى بِكَلَامٍ يَفْهَمُهُ أَبْلَدُ الْعَامَّةِ
=================================
Syarah:
الله - جلّ و علا - يقول {وَاعْبُدُوْا اللّهَ وَ لَا تُشْرِكُوْا بِهِ شيئًا} (النساء:٣٦)
هل هذا كلام غامض؟ العوام يفهمونه {وَاعْبُدُ اللّهَ وَ لَا تُشْرِكُوا بِهِ شيئًا}، يفهمون من هذه الأمر بااعبادة و النهي عن الشرك، و لو أنهم لم يتعلموا، يعرفون هذا من لغاتهم، هذه آية واحدة، و القرآن مملوء من مثل هذا.
هذه الآيات يمرون عليها و يقرءونها، لكن لا يفكرون فيها، يقول الله تعالى :{وَاعْبُدُ اللّهَ وَ لَا تُشْرِكُوْا بِهِ شيئًا} (النساء:٣٦) ، و هم يقولون " يا علي، يا حسين، يا بدوي ، يا تيجاني ، يا عبد القادر" يصرخون، و يصيحون، و ينادون بأعلى أصواتهم ، "يا فلان، يا فلا، و فلان هذا ميت؛؛؛
و هذا الذي ينادى الميت و يصرخ ربما أنه يحفظ القرآن بالقراءات السبع أو العشر، و يجوّده تجويدا منقطع النظير [يقيمه إقامة السهم]- كما قال النبي صلى الله عليه و سلم، لكنه يعتني بحروفه و يضيع حدوده.
يقول الإمام ابن القيم: " القرآن كله في التوحيد، لأنه إما أمر بعبادة الله و ترك الشرك، و إما بيان لجزاء أهل التوحيد، و جزاء أهل الشرك، و إما في أحكام الحلال والحرام، و هذه من حقوق التوحيد، و إما قصوص عن الرسل و أممهم و ما حصل بينهم من الخصومات، و هذا جزاء التوحيد ه الشرك.
فالقرآن كله توحيد، من أوله إلى آخره، و مع هذا يقرءون القرآن و هم مقيمون على شرك الأكبر. و يقولون "لا إله إلّا الله"، و لا يعلمون بها، هم في وادٍ و القرآن و "لا إله إلّا الله" في واد الآخر، إنما هي ألفاظ على اللسان فقط.
لو تسأل واحدًا منهم : ما معنى لا إله إلّا الله ؟ لقال لك لا أدري، أنا لم أتعلم.
فنقول له: اذن أنت تقول "لا إله إلّا الله" و لا تعلم ما معناها، هل هذا يليق بالمسلم؟ تقول كلامًا لا تعرف معناه و لا تهتم به، أو تقول سمعت الناس يقولون شيئًا فقلته، مثلما يقول المنافق في القبر إذا سئل: يقول [ سمعت الناس يقولون شيئًا فقلته] مجرد محاكة.
كما قال تعالى :{ وَمَثَلُ الَّذِينَ كَفَرُوا كَمَثَلِ الَّذِي يَنْعِقُ بِمَا لَا يَسْمَعُ إِلَّا دُعَاءً وَنِدَاءً ۚ صُمٌّ بُكْمٌ عُمْيٌ فَهُمْ لَا يَعْقِلُونَ} (البقرة: ١٧١)
شبههم الله بالبهائم التي تسمع صوت الراعي و تسمع الحداء، و تمشي على صوت الراعي و هي لا تفهم
معناه.
******************************************
Matan:
keadaan kebanyakan (ayat-ayat) Al-Qur'an adalah pada penjelasan azaz ini dari sisi yang bermacam-macam dengan sebuah kalam yang negri-negri umat memahaminya.
******************************************
Syarah:
Allah -jalla wa ala- mengatakan :
{وَاعْبُدُوْا اللّهَ وَ لَا تُشْرِكُوْا بِهِ شيئًا} (النساء:٣٦)
"dan kalian sembahlah Allah serta janganlah kalian serikatkan dengannya sesuatupun"(An-Nisa, 36)
Apakah kalam ini samar-samar? Orang-orang awam memahaminya (dengan)
"dan kalian sembahlah Allah serta janganlah kalian serikatkan dengannya sesuatupun". Mereka memahami ayat ini adalah perintah kepada beribadah dan pelarangan dari (berbuat) syirik, walaupun sesungguhnya mereka tidak mempelajari, mereka mengetahui itu dengan bahasa-bahasa mereka, ini adalah satu ayat, sedangkan Al-Qur'an itu dipenuhi dengan yang semisal ini.
Ayat-ayat ini mereka melewatinya dan membacanya, tetapi tidaklah mereka memikirkannya, Allah mengatakan : "dan sembahlah Allah serta janganlah engkau serikatkan dengannya sesuatupun", sedangkan mereka mengatakan : "Wahai Ali, Wahai Husain, Wahai Badui, Wahai Tijani, Wahai Abdul Qodir" mereka menangis sambil berteriak-teriak, dan mereka menjerit serta mereka memanggil dengan sekeras-kerasnya suara mereka, " Ya fulan, Ya fulan, Wahai fulan" padahal fulan itu adalah mayit.
Dan yang memanggil mayit dan menangis sambil berteriak-teriak ini kadang-kadang sesungguhnya dia itu hapal Al-Qur'an dengan qiroat sab'ah (7) atau Asyar (10) (berbagai macam bacaan Al-qur'an yang teriwayatkan dan terkenal serta diperbolehkan), dan mereka mentajwidkannya dengan tajwid yang tiada bandingan [mereka membangunnya menjadi bagunan menjulang], sebagaimana nabi sholallahi alaihi wa salam katakan, akan tetapi dia itu peduli kepada huruf-hurufnya sedangkan mereka menghilangkan batasan-batasannya.
Imam ibnul qoyyim mengatakan:" Al-qur'an itu semuanya adalah (membahas) pada tauhid, karena sesungguhnya Al-qur'an itu (isinya adalah) bisa perintah untuk beribadah kepada Allah dan meninggalkan syirik, atau bisa juga penjelasan bagi ganjaran kepada ahli tauhid, dan (penjelasan) siksaan ahli syirik, dan bisa (juga isinya adalah bahasan) dalam hukum-hukum halal dan haram, dan ini termasuk kebenaran-kebenaran tauhid, dan bisa (juga isinya adalah kisah) pembunuhan-pembunuhan tentang rasul dan sebagian umatnya dan apa-apa yang kebencian terjadi diantara mereka, dan ini adalah pembedaan tauhid dan syirik."
Dengan demikian Al-qur'an semuanya itu adalah tauhid, dari awalnya sampai akhirnya, dan bersama ini mereka membaca Al-qur'an sedangkan mereka berdiri diatas syirik akbar, dan mereka berkata "لا إله إلّا الله" dan tidak mengerti tentangnya, mereka di satu lembah, dan Al-qur'an bersama (lafadz) "لاإله إلّا الله" itu pada lembah yang lain, hanyalah (kalimat tauhid) itu adalah lafadz di lisan saja.
Jikalau engkau bertanya kepada satu diantara mereka: " apakah makna "لا إله إلّا الله" ? pastilah dia mengatakan "aku tidak tahu, aku tidak mempelajarinya"
Maka kami katakan kepadanya: dengan demikian engkau mengatakan "لا إله إلّا الله " dan engkau tidak tahu apa maknanya, apakah hal ini pantas bagi seorang muslim? engkau mengatakan kalimat yang engkau tidak tahu maknanya dan engkau tidak mempedulikan dengannya, atau engkau katakan "aku mendengar manusia mengatakan sesuatu maka akupun mengatakannya", semisal apa yang orang munafik katakan di dalam kubur, ketika ditanya (dua malaikat munkar nakir), mereka menjawab : "aku mendengar manusia mengatakan sesuatu maka akupun mengatakannya" sebagai permisalan saja.
sebagaimana Allah ta'ala berkata:
:{ وَمَثَلُ الَّذِينَ كَفَرُوا كَمَثَلِ الَّذِي يَنْعِقُ بِمَا لَا يَسْمَعُ إِلَّا دُعَاءً وَنِدَاءً ۚ صُمٌّ بُكْمٌ عُمْيٌ فَهُمْ لَا يَعْقِلُونَ} (البقرة: ١٧١)
" dan permisalan (dakwah) kepada orang2 kafir itu seperti permisalannya orang yang berteriak kepada apa-apa yang dia tidak mendengar kecuali ajakan dan seruan (hanya mendengar suara saja tanpa memahami),(mereka itu) tuli, bisu, buta sehingga mereka tidak memahami" (Q.S albaqoroh, 171)
Allah menyerupakan mereka dengan hewan ternak yang hanya mendengar suara penggembala, dan mendengar suara burung, dan mereka berjalan berdasarkan suara penggembala sedangkan dia tidak memahami maknanya (kalamnya).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar