(باب الإعراب)
(الإعراب هو تغيير أواخر الكلم لاختلاف العوامل الداخلة عليها لفظاً أو تقديراً)
يعني أن الإعراب هو تغيير أواخر الكلم، بسبب دخول العوامل المختلفة، وذلك نحو : زيد، فإنه قبل دخول العوامل موقوف ليس معرباً، ولا مبنيَّاً، ولا مرفوعا ولا غيره، فإذا دخل عليه العامل فإن كان يطلبُ الرَّفعّ رّفِعَ، نحو : جاء زيْدٌ، فإنه فعل يطلب فاعلاً، والفاعل مرفوع، فيكون زيدٌ مرفوعاً بجاء على أنه فاعله، وإن كان العامل يطلب النصبَ نُصب ما بعده، نحو : رأيتُ زيداً، فإنّ رأيت فعل، والتاء فاعله، وزيداً مفعوله، والمفعول منصوب، وإن كان يطلبُ الجَرَّ جُرَّ ما بعده، نحو الباء في نحو : مررتُ بزيدٍ، فزيدٍ مجرور بالباء . فتغيُّر الآخر من رفعٍ إلى نصبٍ أو جر هو الإعراب، وسببه دخول العوامل .
وقوله (لفظاً أو تقديراً) يعني به أن الآخر يتغير لفظاً كما رأيته في الأمثلة المذكورة، أو تقديراً كما في الاسم الّذي آخره ألف، نحو : الفتى، أو ياء نحو : القاضي، فإنّ الألف اللينة يتعذر تحريكها، فيقدر فيها الإعراب للتعذر، نحو جاءَ الفتى، فالفتى فاعل مرفوع بضمة مقدرة على الألف منع من ظهورها التعذر، ورأيتُ الفتى، فالفتى مفعول به منصوب بفتحة مقدرة على الألف منع من ظهورها التعذر؛ ومررت بالفتى، فالفتى مجرور بالباء بكسرة مقدرة على الألف منع من ظهورها التعذر ، ونحو : جاء القاضي، فالقاضي فاعل مرفوع بضمة مقدرة على الياء منع من ظهورها الثقل، ومررت بالقاضي، فالقاضي مجرور بالباء بكسرة مقدرة على الياء منع من ظهورها الثقل، وأما في حالة النصب فتظهر الفتحة على الياء للخِفَّةِ، نحو : رأيتُ القاضيَ، فالقاضيَ مفعول به منصوب بفتحة ظاهرة؛ فالفرق بين ما آخره ألف أو ياء، أن ما آخره ألف يتعذر إظهاره وإعرابه رفعاً ونصباً وجراً، وما آخره ياء لا يتعذر، ولكنه يستثقل رفعاً وجراً .
(وأقسامه أربعة : رفع، ونصب، وخفض، وجزم)
يعني أن أقسام الإعراب أربعة : رفع، نحو : يضربُ زيدٌ، ونصب، نحو : لن أضربَ عمرَ، وخفض، نحو : مررت بزيد، وجزم نحو : لم أضربْ زيداً؛ فزيد في الأول مرفوع بيضرب على أنه فاعله، وأضرب في الثاني فعل مضارع منصوب بلن، وعمرَ منصوب بأضرب على أنه مفعوله، وزيد في الثالث مجرور بالباء، وأضربْ في الرابع فعل مضارع مجزوم بلم .
ولن : تسمى حرف نفي ونصب واستقبال، لأنها تنفي الفعل وتنصبُهُ وتُصَيِّرُه مستقبلاً، ولم : تسمى حرف نفي وجزم وقلب، لأنها تنفي الفعل، وتجزمه، وتقلب معناه فيصير ماضيا .
(فللأسماء من ذلك الرفع، والنصب، والخفض، ولا جزم فيها)
يعني أن الأسماء يدخلها الرفعُ نحو : جاء زيد، والنصبُ نحو : رأيتُ زيداً، والخفض نحو : مررتُ بزيدٍ، ولا يدخلها الجزمُ .
(وللأفعال من ذلك الرفع، والنصب، والجزم، ولا خفض فيها)
يعني أن الأفعال يدخلها الرفع نحو : يضربُ، والنصب نحو : لن أضربَ، والجزم نحو : لم أضربْ، ولا يدخلها الخفض؛ فالرفع والنصب يشترك فيهما الاسم والفعل، ويختص الاسم بالخفض، والفعل بالجزم، والله سبحانه وتعالى أعلم .
__________________________________________
Bab i'rob
{ i'rob adalah perubahan akhir dari kalimah-kalimah dikarenakan berbedanya amil-amil yang masuk kepadanya (kalimah) secara lafadz maupun secara taqdir (diperkirakan)}.
penulis memaksudkan sesungguhnya i'rob itu adalah perubahan akhir-akhir kalimah dengan sebab masuknya amil-amil yang berbeda, dan itu seperti zaid (زيدٌ), karena sesungguhnya dia itu sebelum masuknya amil-amil adalah mauquf (keadaan diam) tidaklah dia itu (termasuk isim) mu'rab dan tidak juga mabni, dan tidak marfu, dan tidak juga selainnya. Kemudian ketika amil masuk kepadanya, maka jika dia (amil tersebut) menuntut rofa maka dia (isim tersebut) dirofakan, seperti: (جَاءَ زَيْدً) zaid telah datang, maka sesungguhnya dia adalah fi'il yang menuntut kepada sebuah fail, dan fail itu marfu (dirofakan), maka zaid itu adalah marfu (dirofakan) oleh (fi'il جاء) datang, karena sesungguhnya dia adalah failnya (جاء pelaku fi'il datang), dan jika amil itu menuntut nashob dia (isim tersebut) dinashobkan apa yang setelahnya (setelah fi'il), seperti (رَأَيْتُ زَيْدًا) aku telah melihat zaid, karena sesungguhnya (رأيت) adalah fi'il dan ta itu adalah failnya (dhomir rofa mutashil sebagai fail) dan zaid adalah maf'ulnya (objek yang dikenakan fi'il kepadanya), dan maf'ul itu (harus) manshub. Dan apabila dia (amil) itu menuntut jer maka dijer kan apa yang setelahnya (setelah amil), seperti pada (البَاء) dalam contoh (مَرَرْتُ بِزَيْدٍ) aku melewati zaid, maka zaid itu di jer kan (majrur) oleh (البَاء). Maka perubahan pada akhir(kalimah) dari rofa kepada nashob atau jar itulah i'rob, dan penyebabnya adalah masuknya amil-amil.
Dan perkataan penulis (لفظًا أوْ تَقْدِيْرًا) penulis memaksudkan dengan itu sesungguhnya akhir (kalimah) dia berubah secara lafadz, seperti telah engkau lihat pada contoh yang (telah) disebutkan, atau secara taqdir (secara diperkirakan harokat akhir dari kalimah) seperti apa yang (terjadi) pada isim yang akhirnya adalah alif (ى), seperti (الفتى) atau (ي) seperti (القضي), karena sesungguhnya alif layinah (alif bengkok) pengharokatannya itu tidak mungkin, maka diperkirakan i'rob padanya karena ketidakmungkinan (menerima harokat), seperti (جاء الفتى ) telah datang anak muda, maka (الفتى) adalah fail yang marfu dengan dhomah yang diperkirakan (ditaqdirkan) pada alif yang ketidakmungkinan (menerima harokat) telah melarang penzaharannya (pelafadzan dhomah), dan (seperti contoh) (رأيت الفتى) aku telah melihat anak mida itu, maka (الفتى) adalah maf'ul bih yang manshub (dinashobkan) dengan fatah yang ditaqdirkan pada alif (layinnah) yang ketidakmungkinan (menerima harokat) telah melarang pelafadzannya, dan (مررت بالفتى) aku melewati anak muda itu, maka (الفتى) itu majrur oleh (الباء) dengan kashroh yang ditaqdirkan pada alif yang ketidakmungkinan (menerima harokat) telah melarang pelafadzannya.
Dan seperti (جاء القضي) telah datang hakim itu, maka qoodi adalah fail yang marfu dengan dhomah yang ditaqdirkan kepada yaa yang keberatan (pelafalannya) telah melarang penzaharannya (penzaharan dhomah), dan (مررت بالقاضي) aku melewati hakim itu, maka qoodi itu majrur (di jarkan) oleh (الباء) dengan kashroh muqodaroh pada (الياء) yang keberatan (pelafalannya) telah melarang penzaharannya. Dan adapun pada keadaan nashob maka fatah muncul pada (ي) karena mudah (pelafalannya), seperti (رأيت القضي), maka (القضي) itu adalah maf'ul bih yang mashub (dinashobakan) dengan fatah yang jelas.
Maka perbedaan antara yang akhirnya alif atau ya itu sesungguhnya apa yang akhirnya alif itu penampakannya dan pengi'robannya tidak mungkin secara rofa dan secara nashob dan secara jar, dan (sesungguhnya) apa yang akhirnya (ي) itu tidak mustahil (penzaharan harokat), akan tetapi dia menjadi berat secara rofa dan secara jar.
{ Dan jenis-jenisnya (jenis i'rob) ada empat : rof'un, dan nashbun, dan khofdzun, dan jazmun }
penulis maksudkan sesungguhnya jenis-jenis dari i'rob itu ada empat: rofa, seperti (يضرب زيدٌ) zaid sedang memukul (fi'il dan fail dalam keadaan rofa), dan nashob, seperti (لَنْ أَضْرِبَ عُمَرَ) (fi'il dan maf'ul dalam keadaan nashob), dan khofadz seperti (مررت بزيدٍ) (Zaid dalam keadaan khofadz), dan zajm seperti ( لَمْ أضْرِبْ زَيْدًا), maka zaid di contoh awal adalah marfu oleh (يضرب) karena sesungguhnya dia itu adalah failnya, dan (أضربَ) pada (contoh) kedua adalah fi'il mudhori' yang manshub oleh (لَنْ), dan (عمر) manshub oleh (أضربَ) karena sesungguhnya dia adalah maf'ul baginya, dan zaid pada (contoh) ketiga majrur oleh (الباء), dan (أضربْ) pada (contoh) keempat adalah fi'il mudhori yang mazjum oleh (لَمْ). Dan (لن) dinamakan harfu nafyi (penafi) dan nashbi (penashob) dan istiqbal (pemasaan kedepan) karena sesungguhnya dia itu menafikan fi'il, menashobkannya dan merubahnya menjadi mustaqbal (fi'il yang tidak akan terjadi dari sekarang hingga ke dimasa depan) (dengan arti tidak akan).
Dan (لم) dinamakan harfu nafyi dan zajm dan qolbi, karena sesungguhnya dia menafikan fi'il, dan menzajmkannya, dan dia merubah maknanya maka dia menjadi madhi (fi'il yang tidak terjadi dimasa lampau) (dengan arti tidak pernah).
{Maka bagi isim-isim dari (i'rob) itu: rof'u, dan nashbu, dan khofdzu, dan tidak ada zajma padanya (itu berlaku/terjadi).}
penulis maksudkan sesungguhnya isim-isim itu masuk kepadanya rofa, seperti (جاء زيدٌ), dan nashob seperti (رأيت زيدًا), dan majrur seperti (مررت بزيدٍ), dan zajm tidak masuk padanya.
{ dan bagi fi'il-fi'il dari (i'rob) itu: rof'u, nashbu, zajmu, dan tidak ada khofdzu padanya (itu berlaku/terjadi)}
penulis maksudkan sesungguhnya fi'il-fi'il itu masuk kepadanya rofa seperti (يضربُ) dan nashob seperti ( لنْ أضْربَ), dan zajm seperti (لمْ أضربْ), dan khofadz tidaklah masuk kepadanya, maka rofa dan nashob
itu isim dan fi'il masuk pada keduannya (rofa dan nashob), dan isim terkhususkan dengan khofadz, dan fi'il (terkhususkan) dengan zajm, Dan Allah maha suci dia serta maha tinggi lebih mengetahui.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar